top of page
No tags yet.

SEARCH BY TAGS: 

RECENT POSTS: 

I Watch : Coco (and It Must Win The Oscar)

Welcome to Marvelous March!


Apa yang paling kamu tunggu di bulan ketiga ini (selain gajian)? Hehehe. Kalau aku udah pasti akhir Maret ini Mr. David Neven alias ayahku akan merayakan ulang tahunnya yang ke 52. Not gonna celebrate it with party, of course melainkan ucapan syukur ayah masih sehat dan terlihat muda di usianya yang udah enggak muda lagi :'D


Well, selain ulang tahun ayah, satu event yang aku tunggu di awal Maret ini adalah The 90th Academy Awards alias Oscar 2018 yang akan diselenggarakan pada 4 Maret mendatang di Dolby Theatre, Los Angeles, California, US. To be honest, aku bukan Oscar mania bahkan enggak semua film yang masuk nominasi aku nonton. Tetapi memprediksikan para pemenangnya selalu bikin aku excited apalagi di kategori Best Picture, Best Actress, dan Best Actor.


Nah, salah satu kategori yang menarik perhatian aku di Oscar 2018 ini adalah Best Animated Feature Film dengan 5 nominasi yaitu Loving Vincent, The Breadwinner, Ferdinand, Boss Baby dan Coco. Nah, di antara kelima film itu, aku udah nonton Boss Baby dan Coco.




First, I should thank Boss Baby for making me laugh and believe that animated film is not boring at all. Awalnya aku enggak suka dengan film animasi tetapi setelah nonton Boss Baby, aku benar-benar suka! Funny and inspiring! Gemas! But, kalau aku harus memilih antara Boss Baby dan Coco, aku pilih Coco.







Why?


I had nothing to do on last Saturday so I decided to turn on my laptop and watch films. I wished I could watch Black Panther but it was impossible to do it by streaming so I clicked other pages until I found Coco. Aku tahu, Coco udah tayang sejak November 2017 lalu tetapi saat itu aku belum tertarik nonton. Waktu itu Coco juga lagi "bersaing" sama Murder On The Orient Express dan aku lebih memilih nonton itu. Oh iya, waktu aku mau nonton Murder On The Orient Express, teman-teman aku suggest bahwa aku juga harus nonton Coco. Akunya sih belum tertarik sampai akhirnya aku lihat daftar nominasi Oscar 2018 and.. wow, Coco masuk nominasi. Sekeren itu kah?


Nah, jadi lah malam minggu kemarin aku nonton Coco dan ini yang aku harus katakan : I like it. Very much!


Awalnya aku pikir Coco hanya lah film animasi mustahil. I mean, plot-nya enggak menceritakan sebuah realita kehidupan (walaupun sebenarnya aku suka film kayak gitu) dan ending-nya mudah ditebak. But regardless of that, Coco does teach me about many life lessons!







Mungkin di antara kamu beruntung kalau apa pun yang kamu lakukan, keluarga kamu selalu support. Berbeda dengan Miguel Rivera yang terpaksa menyembunyikan kecintaannya terhadap musik karena keluarganya sama sekali enggak suka mendengarkan mau pun memainkan alat musik. Bahkan, keluarga Miguel enggak suka nyanyi. Tetapi, Miguel enggak nyerah. Dia terus berusaha untuk meyakinkan keluarganya bahwa musik adalah jalan hidupnya hingga ada suatu kejadian di mana Miguel memutuskan untuk memilih keluarga dibandingkan passion-nya.


You know? Banyak hal positif yang aku pelajari dari Coco. Pertama, tentu aja tentang keluarga. Miguel bukan berasal dari keluarga mapan (bahkan aku sempat terharu lihat dia jadi tukang semir sepatu) tetapi keluarganya selalu terlihat bahagia dan bersyukur atas apa yang mereka miliki. Kedua, tentu aja aku salut dengan sikap Miguel yang enggak pernah menyerah. Walaupun ditentang keluarganya bahkan leluhurnya, Miguel tetap bersikeras dan yakin sama pilihannya. Kalau kita jadi Miguel, mungkin lebih baik menyerah daripada harus berdebat sama keluarga ya? Miguel does show me how passion is flowing in his veins!







Last but not least, tentu aja tentang ikhlas. I mean, Miguel cs memang enggak sama sekali mention "ikhlas" selama film berlangsung, tetapi nilai keikhlasan tersebut benar-benar terpampang nyata (cielah) di filmnya. Buat yang udah nonton, pasti tahu dong sewaktu Miguel akhirnya mengatakan bahwa dia lebih memilih keluarga dibandingkan musik? Dan juga sewaktu Hector sekarat, dia ikhlas kalau memang dia harus menghilang selama-lamanya? Well, ilmu ikhlas memang nyata, guys. Di saat Miguel ikhlas untuk enggak main musik lagi, akhirnya dia bisa main musik dan direstui oleh keluarganya. Dan di saat Hector berpikir dia udah enggak akan selamat, rupanya dia bisa "hidup lagi" dan ketemu sama Coco plus "balikan" sama Imelda, istrinya!


So, kalau kita sabar dan ikhlas, Insya Allah, Allah SWT akan memberikan yang terbaik dari yang kita inginkan :')





Oh iya, by the way soal Coco, aku langsung ingat sama Nenek Lis, ibunya ibu aku. Usianya udah lebih dari 70 tahun dan penglihatannya mulai kabur. Alhamdulillah nenek aku masih mengingat nama dengan baik. Beda lagi dengan Ongku Djamaran, ayah dari ayahku. Usianya hampir 80 tahun, kakinya udah susah digerakin bahkan beliau udah duduk di kursi roda. Sedihnya, dia sempat lupa dengan nama beberapa anggota keluarga kami. Ya begitu lah hidup. Semakin tua, pasti ada anggota tubuhnya yang melemah. Just like Mama Coco :')


Terlepas dari segala teknis filmnya, Coco adalah tontonan wajib untuk semua orang. Selain menghibur, film ini punya pelajaran positif yang bagus untuk kehidupan. Walaupun plot-nya "ngawur", message-nya justru kuat banget loh.


That's it guys. Semoga film arahan Lee Unkrich ini menang ya. Aku belum nonton Loving Vincent, The Breadwinner sama Ferdinand sih but if they are not worth the trophy, then Coco must win this!







LOVE,





bottom of page