top of page
No tags yet.

SEARCH BY TAGS: 

RECENT POSTS: 

Melawan Si Kecil Kista Ateroma (Bahasa) part 3

Hi guys!


Alhamdulillah 22 Januari lalu akhirnya aku berhasil menjalani operasi pengangkatan kista di pipi kanan aku and today I would like to share the story about the surgery.



-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


As you already know, Agustus 2017 lalu ada benjolan di pipi kanan aku dan pada bulan September, Dr. Dewi Martini, dokter kulitku di Klinik Prima Husada Cinere mengatakan bahwa benjolan tersebut adalah Kista Ateroma. Sempat diberikan antibiotik untuk mengecilkan kista tersebut, akhirnya aku memberanikan diri untuk check up ke Dr. Audy Budiarty, dokter bedah plastik RS Fatmawati atas rekomendasi Dr. Dewi pada November dan setelahnya, aku memutuskan untuk melakukan operasi di bulan Desember, namun, operasi tersebut harus ditunda karena Dr. Audy cuti dan aku juga belum bisa meninggalkan pekerjaan yang baru aku mulai.


Perjuangan melawan kista ini kembali aku lanjutkan pada 10 Januari 2018 di mana aku memutuskan bahwa operasi harus dilaksanakan pada 22 Januari.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Dua hari menjelang operasi, aku mencoba produktif dengan me-review beberapa kosmetik dan membuat sebuah "surat" untuk kakek tercinta. Motret dan menulis adalah terapi yang baik untuk aku dan karena kedua aktivitas tersebut, aku hampir lupa bahwa Senin aku akan menjalani operasi.


Aku mulai merasa dag dig dug sewaktu melihat kalender dan jam. "Ya ampun, udah hari Minggu aja. Besok Senin udah operasi," kataku. Duh, bagaimana ya... rasanya mau mundur tetapi kalau ditunda terus, kapan kista ini diangkat? Adanya malah membesar.


Paginya, aku bangun dan melihat Iyab, adikku (namanya Fadika but I call her "Iyab") lagi prepare berangkat ke kantor tempat magangnya. Sebenarnya dia pengen banget nemenin aku. Kebetulan kantornya di Fatmawati dan aku operasi habis makan siang but she wasn't sure if she could come, jadi yang pasti aku ditemani ibu aja.


Aku dan ibu berangkat dari rumah pukul 11.00 naik Go-Car dan sampai di RS Fatmawati pukul 12.03. Aku langsung kabarin Suster Maya dan ketemu dia di Griya Husada. Namun, karena suatu hal, aku pindah ke IGD (kalau enggak salah) room 129.


"Makan dulu ya, soalnya habis operasi kan mulutnya susah gerak," ujar Suster Maya yang akhirnya membuat aku menyantap 4 tusuk sate, sayur toge buncis dan tiga gelas air di kantin RS Fatmawati.


Pukul 13.20 aku dan ibu jalan ke IGD dan mencari room 129. Aku makin dag dig dug, apalagi kata Suster Maya sebelum aku ada pasien yang operasi juga. Enggak tahu deh operasi kista juga atau bukan, yang jelas setelah dua kali aku check up ke Dr. Audy, dia dan Suster Maya pernah cerita kalau mereka udah sering menangani pasien dengan benjolan di wajah.


Aku duduk di kursi waiting room, persis di depan pintu room 129. Suster Maya meminta aku masuk. Sebelum operasi, aku cek tensi sementara ibu diminta mengisi formulir yang aku enggak tahu itu apa. Aku makin dag dig dug, maunya cepat selesai dan enggak merasa sakit sama sekali.


"Udah, tenang aja. Ibu dulu juga pernah bius lokal dan dijahit. Pokoknya relax ya," kata ibuku. You know, suddenly I acted like a 5 year old daughter who tightly hugged her mom and told her I loved her.


Aku diminta berbaring oleh Dr. Audy. Mungkin karena aku tegang kali ya, jadi aku merasa kedinginan sampai aku minta selimut. Sebelum operasi dimulai, aku curhat kalau aku takut banget sama jarum suntik. Saking takutnya, aku pun menangis, HAHAHAHA. Yes, I cried.


Dr. Audy dan Suster Maya berusaha menenangkan aku. Mereka bilang aku kalah sama anak umur 5 tahun yang sempat operasi kista juga. Well, enggak tahu itu hoax or not, tetapi aku cukup shock sih tahu bahwa kista ini selain bisa tumbuh di mana aja, bisa menyerang usia berapa pun juga.


Di saat aku nangis, ibuku malah minta izin Dr. Audy untuk foto -_- untungnya Dr. Audy enggak mengizinkan, hahaha.


"Kalau nangis mulu, selesainya besok nih," kata Dr. Audy yang membuat aku sadar bahwa operasi ini harus segera dimulai.


So, I stopped crying and let her work. Dimulai dari membersihkan wajahku, lalu memberikan mark pada area yang akan dibedah kemudian menutupi hampir seluruh wajahku dengan kain steril (tetapi di bagian yang dioperasi ada bolongannya) dan......




Nyes.........




Jarum suntiknya kecil tapi panjang. I really felt it when it slowly and deeply touched my skin. Aku pikir aku akan loncat karena nyeri, ternyata enggak. Aku cuma teriak, ngilu sih. Oh iya, saking tegangnya, aku minta Suster Maya standby di samping kiri aku sambil aku pegang tangannya. Seingatku, aku disuntik dua kali, dan sewaktu jarum suntik itu masuk, I tightly held her hands and started singing. Well, bukan nyanyi sih tetapi lebih ke.... gini, if you watch The Hunger Games 2 yaitu Catching Fire, kamu pasti ingat karakter Wiress kan yang selalu bilang "Tick tock, tick tock" ? Nah, aku pun melakukan hal yang sama tetapi karena aku enggak boleh buka mulut, jadi aku kayak bergumam aja deh (kayak kamu lagi maskeran terus mau ngomong tetapi susah)


Habis disuntik, Dr. Audy menusukan pinset ke pipi kanan aku. "Sakit enggak?" and it was magically not! (Hahaha of course, itu kan udah dibius) karena aku udah kebal alias "mati rasa", operasi pun dimulai.


Aku enggak ingat persis tools apa aja yang Dr. Audy gunakan. Kalau kata ibuku (yang akhirnya menggantikan posisi Suster Maya karena Suster Maya harus bantu Dr. Audy), pipi aku dibuka menggunakan pisau bedah, lalu Dr. Audy mengangkat kantong kista menggunakan pinset. Well, saat kantong kista itu diangkat, aku merasa pipiku seperti ditarik. Aku sempat bergumam ke Dr. Audy, "Mmmm... mmm... ketarik" dan untungnya Suster Maya paham maksudku.


Saat pipi aku dijahit, ibu yang daritadi tenang melihat operasi itu malah memalingkan pandangannya but her hands still held my hands. Aku pikir, proses jahitnya bikin ibu ngilu sehingga "buang muka".


Operasi berlangsung sekitar 40 menit dan setelah itu aku diperbolehkan bangun. Aku merasa ada sesuatu di pipi kanan aku dan benar aja, ada perban yang cukup besar. Kata Dr. Audy, perban itu akan dibuka seminggu setelah operasi.




Definitely not me T.T

.


Seminggu. Itu berarti aku juga harus cuti pakai concealer dan loose powder selama seminggu. Selain itu, aku juga enggak boleh cuci muka atau keramas. I mean, boleh cuci muka tetapi enggak yang splash splush gitu kayak iklan Pond's (apa sih) dan kalau keramas, harus keramas di salon karena wajahku benar-benar enggak boleh kena air. Wudhu pun sepertinya aku akan tayamum seminggu.


Dr. Audy memberikan aku dua obat, yaitu Ponstan yang harus aku konsumsi apabila pipi aku ngilu dan antibiotik yang harus aku habiskan. Well, sampai post ini aku ketik, alhamdulillah aku enggak merasakan ngilu yang parah, padahal efek bius cuma satu jam. Aku jadi ingat kata Dr. Audy, "Kalau kamu doyan 'minum' dan ngerokok, biusnya pasti enggak akan bertahan lama, tetapi kalau kamu makan sayur, buah dan minum air putih, biusnya bisa tahan satu sampai dua jam."


Setelah Dr. Audy pamit karena harus menjemput anaknya, Suster Maya menjelaskan padaku bahwa selama seminggu ini aku harus bersikap "jutek" alias enggak boleh senyum atau ketawa yang terlalu lebar karena akan berdampak buruk ke pipi kananku. Ya ampun, sulit sih sebenarnya tetapi bagaimana lagi. This week is gonna be tough for me!


OK, that's it. Aku senang banget akhirnya si kantong kista ini udah hilang dari wajahku and you know, sewaktu aku merasa wajahku seperti ditarik, itu karena Dr. Audy lagi berusaha mengangkat kantong kista yang nempel di kulitku. Kata ibu, kantongnya lebar tetapi setelah diangkat, dia malah kegulung jadi kecil. To be honest, aku sempat parno lihat gloves Dr. Audy ada darah, darahku pastinya tetapi benar ya, kata teman-temanku, especially teman-teman di JB, yaitu Rizky, Wahyu, Nita, Juan, Irma, Amin (teman kampus juga) dan siapa pun yang kasih tahu aku bahwa dijahit itu sama sekali enggak sakit. Plus LDIIVAS dan Hani yang akhirnya bikin aku percaya bahwa disuntik itu kayak "digigit semut".




Ini kantong kista ateroma-ku, Ukurannya sekitar 1-2 cm (Sebelumnya lebih besar tetapi karena dikasih antibiotik dan pola makan aku yang berubah, dia mengecil) warna aslinya putih agak kemerahan, terasa lunak apabila dipegang.





Aku share pengalaman ini bukan untuk gaya-gayaan. Yes, this is my personal experience of facing cyst but remember, kista bisa menyerang siapa pun. Jadi, kalau di pipi atau bagian tubuh kamu tiba-tiba ada benjolan, sebaiknya segera ke dokter. It's ok sih kalau kamu pengen mencoba perawatan alami, but according to my case, isi kistanya memang hilang tetapi kantongnya enggak. That's why I decided to do the surgery.


OK, OK, that's it. Semoga post ini bermanfaat ya. The healthier you are, the happier you will be!





LOVE,





bottom of page