top of page
No tags yet.

SEARCH BY TAGS: 

RECENT POSTS: 

Melawan Si Kecil Kista Ateroma (Bahasa) part I

"Seseorang akan berubah menjadi baik bahkan lebih baik ketika ada sesuatu buruk yang terjadi di hidupnya."






Halo semua!


Sebelum aku mulai bercerita, I would like to say sorry karena hampir sebulan enggak update blog ini. Had such busy weeks that needed brain! Dan aku memang bukan tipe orang yang bisa fokus ke semua hal, oleh karena itu aku selalu berpikir that I have to do what are on the priority list first, although blogging is still on it :'D


Sesuai dengan personal promise aku ke diri sendiri di awal membuat blog ini, aku enggak mau bahas tentang makeup aja, melainkan topik-topik semacam film review, personal thoughts, pengalaman liburan, kerja, dan lainnya. Sekarang, aku mau share tentang penyakit yang udah aku alami sejak 5 bulan terakhir ini.


Long story short, beberapa bulan lalu (Mei-Juli) aku stres berat karena Tugas Akhir (TA). Mumet tingkat Zeus lah pokoknya LOL. Nah, karena kemumetan itu, pola tidur dan makan aku jadi enggak teratur. Tidur pagi-siang, malamnya begadang nulis laporan TA. Makan aja mungkin sehari cuma sekali dan jarang banget konsumsi air putih. Selain itu, aku kalau stres biasanya pasti cari cokelat dan cemilan manis lainnya. Pokoknya, gara-gara stres TA, muka aku jadi tambah jerawatan. Sebelumnya aku memang udah jerawatan sejak kelas 5 SD, tepatnya setelah menstruasi dan karena risih sama jerawat-jerawat itu, my mom took me to Dr. Dewi Martini, SpKK, dermatologist yang obat-obatnya manjur ke kulit aku sejak SMP! Yup, aku udah pakai krim dokter sejak zaman seragam putih biru.


Dari SMP sampai kuliah, tiap kontrol, aku pasti selalu ngeluh "Dok, kenapa sih kok muka aku enggak sembuh-sembuh ya?" dan Dr. Dewi jawab, "Kamu jangan andalin obat aja, kamu juga harus ubah pola makan, pola tidur, jangan stress, dan jaga mukamu dari polusi udara."


Sayangnya, saran dia soal pola tidur, pola makan, jangan stres, dan polusi udara itu terabaikan selama aku proses TA. Pola makan berantakan, enggak pernah konsumsi sayur, stres tiada akhir, begadang, and to be honest, I joined my friends when they were smoking as a passive smoker. Last but not least, aku juga bolos pakai sunblock selama dua bulan.


Masuk bulan Agustus, beberapa hari jelang sidang (jadwal sidangku 15 Agustus), di pipi kananku muncul benjolan yang tadinya aku kira adalah jerawat. "Ah, jerawat biasa," ujarku meyakinkan diri. Tetapi, lama-lama benjolan itu jadi besar dan merah. Orang tuaku panik dan menyarankan aku ke dokter, tetapi aku masih yakin itu cuma jerawat biasa. Lagipula, sidang TA tinggal beberapa hari lagi dan aku enggak ngelakuin "hal aneh" sebelum sidang TA selesai.


OK, sidang TA selesai. Satu minggu, dua minggu... Benjolan itu masih besar dan merah. Enggak gatal sih, tetapi lama-lama aku risih juga. Mau coba kosmetik ini itu buat wisuda jadi khawatir. Akhirnya, pertengahan September aku konsul ke Dr. Dewi di Klinik Prima Husada Cinere.


"Ini bukan jerawat, tapi Ateroma," ujar Dr. Dewi sambil meraba benjolan merah itu dengan gloves steril. "Ini harus diangkat," kata Dr. Dewi yang bikin aku shock.


"Hah? Maksudnya operasi, Dok?"


"Iya. Jadi Ateroma ini disebabkan karena kelenjar minyak kamu tersumbat. Bisa tersumbat karena polusi udara, dan... tolong deh pola hidup kamu diubah," kata Dr. Dewi sambil menggambar penampang kulit gue di kertas.


"Nih, jadi kira-kira gambarnya begini. Ini kulit kamu, nah di bawah kulit kamu itu ada kantong dan kantong ini harus diangkat. Ateroma itu bukan penyakit yang berbahaya, tapi suatu saat dia akan membesar," ujar Dr. Dewi lagi.


Aku diam. Operasi? Ya ampun, sama jarum suntik aja takut banget!


"Kalau kamu mau operasi, saya akan rujuk ke RS. Fatmawati, nanti diangkat sama dokter bedah plastik."


"Emm.. kalau aku enggak mau operasi, Dok?"


"Ya sudah, kita coba kecilin dulu pakai obat makan ya. Kamu konsumsi antibiotik 10 hari, setelah itu, kamu balik lagi ya."


Again, operasi? No! I said to my mum bahwa aku cuma mau masuk Rumah Sakit kalau melahirkan, tetapi Ateroma?


What is Ateroma?


"Kista ateroma adalah kista yang biasa muncul pada kantong kecil di balik permukaan kulit yang berisi materi berisikan minyak. Kista ini memiliki nama lain kista sebasea, mengingat materi berminyak tersebut biasa keluar dari kelenjar sebasea.


Bentuk kista ateroma berupa tonjolan keras atau benjolan yang sering menyerang daerah wajah, kulit kepala, leher, atau lengan tubuh. Kista ini terjadi ketika kelenjar keringat atau folikel rambut mengalami sumbatan. Mereka yang memiliki jerawat berpotensi besar terkena kista sebasea."


sumber : http://www.alodokter.com/kenali-penyebab-kista-ateroma-agar-mudah-menghadapinya





Penampang kista. Sumber: Will be updated soon.






Jadi, Ateroma itu kista. Dan dapat disimpulkan bahwa Vindalia Annisa terkena kista.




"Seseorang akan berubah menjadi baik bahkan lebih baik ketika ada sesuatu buruk yang terjadi di hidupnya."




Sejak saat itu, semua berubah (ea). Aku yang dulu (bukan lah yang sekarang LOL) jarang minum air putih, mulai mencoba program 8 gelas atau 5 botol Aqua 600 ml perhari, tidur selambatnya pukul 23.00 WIB, rajin pakai sunblock dan re-apply tiap dzuhur, konsumsi sayur, pakai masker tiap naik motor, dan paling penting, menghindari asap rokok. Dimulai dari pertengahan September sampai awal November, benjolan itu mengecil dan merah-merahnya memudar. Bahkan, nyaris enggak kelihatan. Aku happy banget, tetapi tiap aku cuci muka atau apply krim, benjolannya masih ada, kecil. Oh iya, sejak menerapkan perubahan-perubahan tersebut, jerawat-jerawat aku juga mulai hilang dan kalau pun muncul, pasti di dagu dan sekitar bibir, yang memang jerawat hormonal menjelang menstruasi.


Tanggal 7 November, aku kembali konsul ke Dr. Dewi and she was happy looking at my face and knowing that I changed my habits.


Dia meraba kembali mukaku dan mengatakan bahwa kista itu sedang ada di masa tenang. Dr. Dewi juga mengatakan bahwa aku enggak harus operasi, tetapi, dia menyarankan juga bahwa kalau mau operasi, sebaiknya secepatnya, sebelum si kista membesar lagi.


"Pokoknya kamu pertahankan makan sayur, minum air putih, stop makan manis dan hindari asap rokok ya. Oh iya, jangan pakai makeup sering-sering. Kalau pun pakai makeup, jangan pakai foundation, BB cream, blush on, dan semua yang menyentuh kulit kecuali bedak tabur. Untuk bedak tabur, cari yang enggak ada kandungan Fragrance (Parfum) ya, karena bahaya buat kulitmu," saran Dr. Dewi.


Walaupun operasi bukan pilihan aku, Dr. Dewi menyarankan aku untuk konsultasi ke Dr. Audy Budiarty, SpBP, dokter bedah plastik di Griya Husada, RS Fatmawati. Dr. Dewi juga menuliskan surat pengantar untuk aku.


Penasaran, aku pun konsultasi ke Dr. Audy seminggu setelah konsul di Dr. Dewi. Sebelumnya, orang tuaku juga support untuk operasi. Mereka takut kalau kista itu membesar dan makin parah nantinya. Aku sempat nangis waktu tanya ayah apa dia takut atau khawatir, and he simply replied, "I am sure you can. Ayah enggak takut karena ayah percaya kamu kuat." :")


Aku konsul ke Dr. Audy di Griya Husada Fatmawati sendiri. Sebelum ketemu dokter, aku konsultasi dulu ke asistennya, yaitu Suster Maya.


"Oh kecil ya.. Ini sih operasinya sebentar, bius lokal."

"Ya berdarah sedikit, kan kulitnya dibuka."

"Tapi nanti berbekas ya."

"Enggak sakit kok disuntik mah. Kayak digigit semut."


YES! Suster Maya sukses banget bikin aku nangis. Dia yang "berulah", dia juga yang "tanggungjawab". Dia langsung menenangkan aku dengan mengatakan bahwa operasi ini enggak ada apa-apanya dibandingkan melahirkan.


"Nih dok, anaknya udah takut duluan," ujar Suster Maya sewaktu Dr. Audy menanyakan kondisi aku.


"Belum apa-apa kok nangis? Yuk, periksa dulu," Dr. Audy meraba pipi kanan aku. Beberapa menit setelah itu, dia menyimpulkan "Ini ukurannya sekitar 2 cm, masih lumayan."


OMG.. 2 cm masih besar menurut dia.


Aku pun diberikan pilihan, yaitu 1. Operasi (selesai, dan si kista enggak akan tumbuh di area pipi lagi) atau 2. Enggak operasi melainkan konsumsi obat (yang kayaknya sih seumur hidup)


Ah, opsi number 2 terdengar lebih menyenangkan.... tapi.....


"Kalau enggak mau operasi, kammu minum obat aja. Tapi kamu harus make sure kulitmu bersih sepanjang hari," sambung Dr. Audy.


Hmmm... sulit, I think. Aku ke mana-mana naik Gojek, walaupun pakai masker, tetap aja kulitku berminyak. Akhirnya, pilihanku jatuh pada nomor satu, operasi.


"Nah, kalau operasi, dua minggu sebelumnya kamu konsumsi obat dulu ya. Fungsinya untuk ngecilin si kista biar nanti jahitannya enggak besar."



OMG JAHIT! OK, FIX, TAKUT.


Selama dua minggu, aku konsumsi obat Dr. Audy dan tetap mempertahankan perubahan-perubahan positif tersebut. Selama itu juga aku tanya-tanya ke teman-temanku yang udah pernah dijahit. Oh iya, untuk teman, aku membatasi banget sih siapa yang dikasih tau sama enggak. Orang yang pertama tahu pasti keluarga, next teman-teman volunteer di Jakarta Biennale (JB) karena aku sempat izin dua kali ke dokter dan mereka nanya, akhirnya aku open soal kista itu. Terakhir, LDIIVAS, teman-teman dekat aku sejak SMP. Yup, mereka sama halnya dengan aku, shock.


Sebenarnya aku juga kasih tau ke yang lain, dan aku berharap beberapa di antara mereka bisa waspada. Bukannya mau dikasihani atau berharap bisa eksis, but I don't want them to feel this pain. Pertama, ganggu penampilan. Kedua, bikin shock, dan ketiga, operasi. I know, pasti banyak manusia yang takut operasi. Aku pun begitu. Takut banget.


Teman-teman di JB kebetulan banyak yang pernah dijahit. Bahkan, ada yang pernah kena Kista Ateroma juga. Selama dua minggu itu, aku juga banyakin informasi soal operasi, bius lokal, dan lainnya. Pokoknya, aku mau kista ini segera diangkat.




TO BE CONTINUED




LOVE,





















**SPOILER!


Dimulai dari nanya ke teman soal operasi dll, aku pun mulai berani negur orang-orang (especially cowok) untuk stop smoking. Bahkan, kita debat!













bottom of page